Aku balas senyumannya tetapi dia tetap saja tersenyum terus seakan semua yang ada pada tubuhku adalah atribut badut yang layak untuk membuatnya senang dan bahagia. Kupandangi lagi senyum kakakku dengan seksama, ada sebagian kecil dari sudut bibirnya yang tidak tersenyum, tak mengikuti gerakan bibir lain nya seakan ketidak kompakan dalam barisan ribuan tentara yang sangat tersorot tatkala ada ketidak kompakan dari salah satu personilnya.
Bibir yang diam itu nampak menghitam, sehitam jelaga yang terbentuk dari sulut kompor minyak diatas kandang ayam dibelakang rumah kami. Dari sudut matanya yang memerah memicing seakan mengajakku tuk mendekat dan mengarahkan telingaku menempel dibibirnya.
"Andi... Maafkan aku...." suara dari bibir tipis di sudut yang menghitam memancar lirih yang nyaris terdengar seperti hembusan angin di atas asap hangat kopiku dipagi hari.
"Jangan bergerak..!! Angakat tangan dibelakang kepala!" Suara bentakan dahsyat yang tanpa kusadari menggelegar di belakangku.
Serentak aku mengangakat tangan ke belakang kepalaku tanpa berani untuk menoleh. Aku yakin, pasti polisi yang sejak seminggu yang lalu selalu berada di sekitar rumah kami yang mendobarak pintu kamar kakak. Sekilas ku pandang wajah kakak yang tidak sedikitpun memancarkan rasa takut bahkan senyum itu terus saja mengembang dari bibirnya kecuali sudut bibir yang menghitam yang tetap saja tidak mau bergerak mengikuti gerakan bibir yang lainnya. Hanya pandangan matanya yang sedikit layu memandang dengan tatapan kosong kearah todongan senjata yang siap mengeluarkan suara petasan yang ramai terdengar saat menjelang lebaran.
****
Kantor Polisi yang baru beberapa kali saya menginjakkan kaki didalamnya, yang pasti ketika aku membuat sim dan mengurus surat kelakuan baik untuk kelengkapan mengajukan lamaran pekerjaan. Sebenarnya apa fungsi surat kelakuan baik dari kepolisian itu saya sendiri terlalu bingung untuk apa? Apakah dengan mendapatkan surat itu bisa dikatakan bahwa saya sudah berkelakuan baik bak seorang resi? Entahlah dan akupun terlalu naif tuk memikirkannya. Dan sekarang, aku harus menjadi saksi dikantor sang pelindung rakyat ini untuk memberikan keterangan tentang kakakku yang diduga menjadi pemakai dan pengedar obat-obatan terlarang.
"Kamu pasti tahu kalau kakakmu menjadi pemakai narkoba. Kenapa kamu tidak mencegahnya??" Pertanyaan seorang penyidik yang lebih kalem dibandingkan dengan pak Polisi yang menggedor pintu kamar kakak tadi pagi.
"Sudah Pak, sudah beribu kali saya menasehati. Tetapi kakak..... tak pernah mau mendengarkan. Sejak ditinggal pergi kekasihnya dengan meninggalkan goresan luka, seperti lukisan di batu yang tak lekang oleh waktu. Belum lagi suara-suara merdu rayuan disekitar rumah kami yang entah berasal dari daun-daun kering yang berguguran ataupun dari pohon-pohon hutan dibelakang rumah yang sudah mulai habis dibabat oleh para perampok kayu, yang jelas suara rayuan itu selalu saja mengalahkan nasehatku pada kakak yang kutiupkan tiap kali suara azan dari surau terdengar dipagi hari." Jawaban yang akan ku ungkapkan dihadapan penyidik tetapi seperti kelu lidahku tuk sekedar menggetarkan pita suaraku. hanya anggukan dan gelengan yang bisa kulakukan untuk menjawab semua pentanyaan penyidik.
Sesekali ku lirik wajah kakak yang ada disebelahku. Pola senyuman yang biasa aku lihat saat memandangnya memudar sudah. Bibirnya terkatup mengukiti sudut bibirnya yang berwarna hitam yang selalu enggan mengikuti kekompakan gerak bibir yang lainnya. Tatapan sudut mata yang tak lagi memerah itu, masih saja mengajakku tuk mendekatkan telingaku tanpa bisa aku menolaknya.
"Adikku, maafkan aku....."
****
"Lima puluh juta, atau lima tahun di bui" Gertak seorang di kantor polisi yang tidak memakai seragam.
"Ya pak, akan kuusahakan..." Jawabku lemas.
Tak ada yang bisa kulakukan, terpaksa aku jual semua peninggalan Bapak dan Ibu tuk menebus kakak. Untuk tempat tinggal sementara aku mengontrak rumah kecil ditepian telaga. Dengan pemadangan nan indah dipagi hari dan jauh dari keramaian aku berharap bibir kakak yang menghitam bisa tersenyum kembali seperti saat kami masih bersama mengembala kerbau di sawah yang menghijau sementara Bapak dan Ibu bersendagurau dibawah rindangnya pohon mangga.
"Kakak, tak ada yang kuinginkan saat ini, kecuali senyum kompak semua bibirmu dan tak ada pertentangan dengan bibirmu yang menghitam untuk mengembang seindah bunga mawar yang berwarna-warni ditaman samping rumah kita."
Kutatap wajah itu, masih saja tak kuasa aku menolaknya, kudekatkan telingaku di bibir kakak yang membujur berselimut kain tenun yang dulu sering dipakai oleh ibu. Sayangnya mata yang bening kemerahan itu sekarang tertutup, dan bibir yang menghitam itu terasa kompak dengan sudut yang lainnya dalam katup yang kaku dan tak bergerak. Dalam lembutnya angin semilir di siang hari seakan masih terdengar lirih suaramu....
"Andi, maafkan kakak....."
THE END
semoga si kakak insyaf ya
ReplyDeleteIya mbak hehee...
Deletewah baru nongol lagi udah punya cerita seru nih sobat...
ReplyDeletesalam sukses, happy blogging
Hehee... makasih sob :)
Deletelima puluh juta..?
ReplyDeletelumayan juga thr buat pak polisinya ya..?
Lumayan juga, tapi masih dibagi2 lagi tuh kang hahaha...
Deleteseru juga disini ceritanya
ReplyDeleteThanks sob :D
Deletewaduuh, 50 juta? ikutan mas rawin neh..kaget, sebanyak itu ya? BUkannya user narkoba itu butuh rehabilitasi, BUKAN penjara?
ReplyDeleteWelcome back sob, sdh munucl lagi neh:)
Hareusnya gitu sih mbak, tapi kan hukum siapa sih yang bisa jamin hehee..
DeleteThanks ya mbak Ririe :)
asyik juga kisah cerita nya :)
ReplyDeletesalam knal Gan :)
Baru belajar nih saya sob hehee..
DeleteThanks ya :)
semoga kakaknya diberi hidayah buat insyaf gan
ReplyDeleteSip2, thanks ya sob :)
Deletehiks...jadi ikut sedih nih....narkoba memang bisa merusak segalanya ya.
ReplyDeleteapa kabar mas...?
Betul mbak, narkoba merusak generasi sekarang dan yang akan datang hehee..
DeleteAlhamdulillah khabar baik Mbak :)
kunjungan silaturahmi sob...
ReplyDeletemaju terus generasi muda indonesia...
hindari hal negativ...
Betul sob, thanks ya kunjungannya :)
DeleteCerita yg cukup membuat hati aduhai sob,,,,nice post
ReplyDeleteMakasih sobat :)
Deletehadir untuk meramaikan suasana.
ReplyDeletesalam kenal
blogwalking
Ok, lam kenal kembali sob :)
DeleteWelcome....!, dr mana aja ni sobat... *smile
ReplyDeleteLagi sibuk aja sob hehee..
DeleteThanks ya :)
emang segitu ya sob thr polisi?
ReplyDeleteHahaa... gak tahu juga sob, ini cuma fiksi hehee...
Delete#jleb
ReplyDeletePakai narkoba gara-gara ditinggal pacar?
Menebus kakak yang "hina" dengan Rp 50.000.000,- ?
Peninggalan orang tua harus dijual, ini sesuatu yang gak bener banget deh.
Pas menampar mereka generasi yang mau dan sedang memakai barang haram ini.
Resikonya MasyaAllah...
Untung si Andy anak baik.
Betul sob, narkoba merusak segalanya hehee...
Deleteakhirnya tebusan 50 juta jadi juga dibayar..kisah tentang polisi yang sering kudengar..antara menjadi dewa penolong dan dewa mabuk duitan...tapi sepertinya sang kakak telah pergi meninggalkan kenangan yang selalu berbisik ...nice share story :)
ReplyDeleteehm.. iya ya gan, bener juga. ia bisa jadi dwa penolong atau dewa ... apa? dewa mabuk. ya gitu lah. jadi dewa yang jahat pokonya.
Deletetapi certa yang menarik, memang selalu ada harga yang harus kita bayar. entah dengan uang atau dengan usaha. :D
Hariyanto@ Hehe.. betul sob. Thnaks ya.
DeleteCarikost@ Hahaa... kayak wiro sableng aja sob :D, Thanks juga ya :)
cerita yg hebat,,,
ReplyDeletemakasih,,
salam kenal ya gan,,
coment back
Thanks sob, lam kenal kembali :)
Delete. . ini beneran ato hanya fiksi semata sich?!? emmmmmmmmmmmmmmm,, tapi bagus juga cerita. cuma yg bikin aq gimana gitu. aq kira si andi itu bakal cerita panjang lebar pas ditanya pak pol. ternyata malah menganggukkan aja. he..86x . .
ReplyDeleteFiksi pie hahaha..
DeleteMakasih ya dah mampir :)
. . oalachhhhh,, aq kira beneran. he..86x . .
Deletesedih amat ceritanya
ReplyDeleteIya nih mbak hehee...
Deletewah ini fiksi khanya? cerita yang bagus... pak polisi kena lagi nih.... narkoba memang kecam nih... mari sadar supaya tidak jd korban.
ReplyDeleteFiksi sob hehee... Mari kita say no to drug :)
DeleteCeritanya bagus kang. Layak sebagai koleksian cerita simpananku di facebook. Itu kalau masih ada sambungannya sudah seperti novel kang.
ReplyDeleteHehee... makasih Kang Sob :)
DeleteWaw... fiksi apa kisah nyata ini, MAs?
ReplyDeleteeh... salam kenal ya Mas.
Fiksi sob, thanks nd lam kenal kembali ya :)
DeleteIki fiski story opo ngapusyiii story? :D
ReplyDeleteSelamat datang lagi MAs Sob, selamat berkarya, selamat berbagi pengetahuan dan kemanfa'atan... pokoke selamat dah :D
Fiksi Kang :D
DeleteSuwun Kang Haris :)
Sang kakak meninggal??
ReplyDeleteWah ... akhirnya kembali lagi ^^
Lama yah tak bersua?? :)
Iya fitrah hehee..
DeleteMumpung lagi sempet jadi coba muncul sebentar :)
Ikii bocahe dolan ngendi???
ReplyDeleteMak pecungul trusss koq ngilang maneh....
Sik rung stabil ki Mas Osb hahaha...
DeleteSuwun yo :)
Ceritanya bener2 bikin Wow...
ReplyDeleteHehee... thanks sob :)
DeleteCerita yang sangat menarik, sangat bagus dan lumayan...
ReplyDeleteterima kasih
Makasih kembali sobat :)
Deletewah asik2 nih ceritanya :)
ReplyDeleteMakasih sob :)
Deletecerita nya mengharukan sob.. yang tabah ya
ReplyDeleteThanks sob :)
Deleteceritanya keren banget , nyentuh ke hati :D
ReplyDeletelaanjutkan :D:D
Cuma cerpen sob hehee...
DeleteThanks ya :)
Sangat menyentuh hati ... membacanya aku jadi merinding. Semoga Allah memberikan yang terbaik untuk kita semua. Aamiin. Support pagi ini sobat
ReplyDeleteHehee... thanks sobat :)
Deletetumben, bercerita seperti ini. hahahahaha.
ReplyDeleteawalnya aku suka, tapi pas mau ending kurang nggreget. wkwkwkwk
Sik belajar ki vit, gak tau gawe cerpen hahaa...
DeleteSeru Kak! Ngapa gak coba kirim ke majalah aja? Ada honornya lohh
ReplyDelete